Langgam, Musik Penuh Kenangan

7:18:00 AM

Langgam, Musik Penuh Kenangan – Musik Langgam bisa dikatakan merupakan percabangan dari musik keroncong. Musik yang menekankan pada irama gamelan ini pertama kali muncul di era kemerdekaan bangsa Indonesia dan dipopulerkan oleh sejumlah musisi, dua di antaranya adalah Dharmanto dan Gesang.




Selain pada kekhasan berupa iringan gamelan, musik langgam sendiri juga bersinggungan erat dengan budaya jawa, sehingga lirik-liriknya pun mengandung unsur petuah serta aturan yang terangkum dalam tembang Jawa. Jadi tidak semua lagu berbahasa jawa disebut dengan istilah langgam.



Meski di era sekarang musik langgam mulai redup pamornya digerus perkembangan industri musik yang terus menggeliat, namun musik khas bangsa Indonesia ini tentunya tidak bisa dilupakan begitu saja. Setiap lirik yang disuguhkan dalam musik jenis ini memiliki makna filosofis yang dalam serta penuh kenangan.

Meski turunan dari musik keroncong, namun musik langgam jawa punya ciri yang kuat dan membedakannya dari keroncong langgam, yakni adanya tambahan instrumen yang mengiringi. Dalam musik langgam jawa asli ada siter, kendang, serta ada bawaatau suluk atau intro dari suara sang vokalis tanpa diiringi musik sebagai pembuka. Juga yang menjadikannya tidak sama dengan keroncong karena langgam tidak memakai ukulele.

Aturan Dalam Langgam yang Tidak Boleh Dilanggar


Seperti yang sudah banyak diketahui apabila budaya Jawa memang lekat akan aturan dan kaidah dalam semua segmennya. Namun aturan di sini memiliki makna agung yang positif, seperti pula pamali yang berkembang di Jawa. Sama halnya dengan bermusik, langgam jawa punya pakem yang tidak boleh dilanggar.

Di Jawa, musik biasanya dibagi dalam empat ragam seperti tembang gedhe, tengahan, macapat, serta yang cukup familier adalah tembang dolanan. Setiap tembang memiliki aturan dan cirinya masing-masing. Langgam jawa mempunyai matra atau hitungan birama 4/4, di mana untuk temponya sendiri moderat, di mana dalam setiap kalimat mempunyai delapan bar, serta susunan perkalimatnya sendiri A, A, B, A. Dari segi matranya sendiri di mana matra ke-3 dari kalimat pertama bisa diiringi sub dominant berupa akord IV. Tidak hanya itu cello pun biasa dimainkan menyerupai gendang.

Jadi, memang tidak semua musik yang dibawakan dengan bahasa Jawa dikatakan langgam jika tidak mengikuti aturan seperti di atas. Untuk turunan dan yang masih bisa dikaitkan dengan langgam sendiri adalah musik campursari. Campursari sendiri berkembang di Solo dengan unsur yang lebih ceria, namun tetap mempertahankan unsur berupa tembang mocopat, atau bisa dikatakan juga sebagai lagu dolanan di mana tetap memerhatikan pakem lewat lirik yang dibawakan.


Lagu Lagu Langgam Jawa


Walau saat ini bisa dibilang sedikit yang mengembangkan musik genre ini, namun patut diingat juga apabila musik ini dulunya juga melanglang buana ke negara sebelah. Langgam keroncong misalnya, lewat Waljinah musik bergenre ini tetap segar pula untuk didengarkan bahkan saat ini. Sejumlah lagu langgam asli Jawa sendiri ada banyak seperti, Yen Ing Tawang Ono Lintang atau dalam bahasa Indonesia berarti Jika di Langit Ada Bintang ciptaan Andjar Ani di mana dalam lagu tersebut menceritakan tentang kerinduan seseorang pada sang kekasih dan disampaikan lewat bintang-bintang. 

Hal ini bisa kita cermati dari lirik-liriknya yang dalam, seperti pada baris pertama yang jika diterjemahkan berarti, jika di langit ada bintang cah ayu aku menanti hadirmu, kepada awan di langit kupertanyakan kabarmu. Selain itu adapula Caping Gunung yang diciptakan Gesang pada tahun 1973, Jenang Gula, Jangkrik Genggong, Pamitan, Aja Lamis, serta masih banyak lagi. (Tradisinesia)

You Might Also Like

0 komentar